Transfer Pricing dan Overprice [Undervalue]
MansarPost – Brosist sobat pembaca setia,, udah lama niihh kita nga bahas tentang fenomena akuntansi dan hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari, khususnya terkait dunia roda dua tanah air yang kian hari kian bergelora sahaja… Naaah belakangan ini fenomena overprice lumayan mengemuka di segmen matik 150cc tanah air… Kondisinya tidak berhenti sampai disini saja brosist, namun berlanjut dengan pembandingan harga antara disini, di Vietnam dan di India dimana ada unsur transfer pricing nantinya disini… Naaahh terkait hal ini,, yuukk kita bahas fenomena ini dari sudut pandang akuntansi…
Perusahaan multinasional, pada umumnya memang mempunyai cabang-cabang di setiap negara, ada bagian yang bertugas untuk memproduksi motor sport, ada bagian yang bertugas untuk memproduksi motor matik, dan ada bagian yang bertugas untuk memproduksi motor bebek, pokoknya ada berbagai divisi laah… Naaah semua motor tersebut bisa untuk kebutuhan domestik, regional (Asia/ASEAN), hingga global (seluruh dunia),, intinya, penjualan produk-produk tersebut bisa menembus batas-batas negara…
Transfer Pricing,, apa itu transfer pricing….?? Adalah suatu kebijakan dari suatu perusahaan terkait penentuan harga transfer (jual/beli) suatu barang,, dimana antar pembeli dengan penjual mempunyai hubungan khusus/istimewa…
Contoh : Perusahaan A yang berlokasi di Vietnam bertransaksi dengan Perusahaan B yang berlokasi di Indonesia,, tapi perusahaan A dan B ini keduanya dibawah kendali perusahaan C (induknya)… Naaahh penentuan harga transaksi antara A dan B inilah yang dimaksud transfer pricing dimana biasanya yang menentukan kebijakan ini adalah perusahaan induknya (C), namun kadang perusahaan induk juga menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada si A dan B (tanpa campur tangan)…
Harga dalam transaksi jual/beli,, sejatinya adalah harga yang terbentuk dari proses tawar menawar (nego) dari kedua belah pihak yang bertransaksi, atau biasa dikenal dengan harga wajar… Transaksinya sendiri biasa dikenal dengan istilah “Arm’s Length Transaction”… Naaaahh dalam prakteknya, transfer pricing kadang merusak tatanan harga dalam Arm’s Length Transaction ini… Karena biasanya ada campur tangan dari perusahaan induk,, harga transaksi yang terjadi kadang jauh lebih rendah ataupun lebih tinggi dari harga wajar yang berlaku di pasaran saat itu…
Untuk harga yang disetting terlalu rendah, biasanya bertujuan untuk penghindaran pajak (maap skeptis… 😀 )… Lhoo kok bisa….?? Yuuup, karena dengan harga jual produk terlalu rendah, perusahaan di negara tersebut akan mengalami kerugian, sooo ujung-ujungnya pajak penghasilan otomatis nihil (tidak kena pajak)… Naaahh bagi perusahaan yang bertindak sebagai pembeli, biasanya adalah perusahaan yang berlokasi di negara-negara yang menerapkan tarif pajak yang rendah (atau bahkan free)… Naaah dari transaksi yang rendah tadi, doi akan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang tinggi,, sehingga doi akan mengalami keuntungan yang sangat besar, ditambah lagi beban pajak yang juga rendah, uiisss pokoe untung berlipat-lipat laaahh…
Overprice,, atau harga yang kemahalan adalah suatu kondisi dimana value yang ditawarkan kurang jika dibandingkan dengan harga yang dibayar oleh konsumen… Jika atas suatu produk yang sama dijual dengan harga yang berbeda, disana murah disini mahal, maka bisa dikatakan bahwa produk tersebut overprice… Memang siihh,, untuk kasus PCX yang dijual seharga 38jutaan di Indonesia, jika kita bandingkan dengan harga NJKB yang sebesar 28,7juta,, terlihat bahwa laba kotornya seolah terlihat wajar, 30%’an… Naaaahh kalo sudah begini,, bisa jadi dalam kebijakan transfer pricing tersebut yang mengambil untung kebangetan adalah pihak pengekspor (Vietnam),, jika saja dalam penentuan harga transfer bisa disetting jauh lebih rendah dari 28,7juta,, image overprice yang kini (ingat ya,, “kini”) melekat bisa sedikit diredam, dengan catatan harganya juga ya kudu turun… Tapi ya apa mau diturunin, wong dijual mahal aja masih laku kok…. 😀
Weess lahh,, sekian dari mansarpost,, mohon dikoreksi jika salah,, mohon maap kalo mbulet,, semoga berguna….
BACA JUGA :
- Yamaha Lebih Memilih Segmen Matik Premium dibanding Ayago 150cc – Yaaapp,, MX King dan NMAX Adalah Pilihan yang Paling Rasional..
- Di Tengah Pasar yang Lesu, Penjualan Yamaha NMAX 155 ABS April Meningkat 35%, Mencapai 3.299 Unit
- Honda SH 125/150 – Honda PCX dengan Dek Rata – Skutik Premium yang Berpenampilan Motor Mainstream – Setuju Nga kalo Masuk Indonesia…??
- Yamaha NMAX 155 Non ABS,, inikah Penampakannya….?? Jika saja Warna Kuningnya Seperti ini….
- Ibarat Sport,, IMHO Vario 150 ibarat CB150,, dan PCX 150 Lokal ibarat CBR 150 Lokal…
- Berikut Perbandingan Ergonomi Riding Yamaha NMAX 155 dengan Motor Matik Lain…
- Transfer Pricing dan Overprice [Undervalue]
MotorGUE
31 Januari 2015 at 10:36 pm
mantab nih penjelasannya
SukaSuka
mansarpost
1 Februari 2015 at 6:32 am
Padahal sekedarnya saja kang,, jadi malu nihh… Huahahaha
SukaSuka
Kobayogas
31 Januari 2015 at 11:23 pm
Juosssss….btw sudah pernah cek NJKB Burgman UH200 blm? Ay tunggu ya hasil berikutnya… Pengen tau opininya gmn…
Whilst, dr dulu ay punya opini seperti ini, model bagus, kualitas bagus, fitur lengkap, mesin mantap, harga mahal banget = gak wajar
Model bagus, kualitas bagus,fitur lengkap, mesin mantap, harga mahal = wajar..
Model bagus, kualitas bagus, fitur lengkap, mesin mantap, harga terjangkau = mantappp!!
Model biasa/jelek, kualitas biasa, fitur biasa, mesin biasa, harga mahal = overpriced..!
Dimana posisi PCX? Kalau ay smp beli kira kira menurut sampeyan ada dimana posisinya? Hehehe…
http://kobayogas.com/2015/01/31/jadwal-marquez-dan-pedrosa-di-nusa-dua-bali-bakal-ikutan-tari-kecak-lads/
SukaSuka
mansarpost
1 Februari 2015 at 6:38 am
Hehehehe,, brugman malah lebih geleng2 ane om…. 😀
Kalo menurut ane siihh wajar om (saat itu),, memang agak bertolak belakang sama artikel ini, padahal konteksnya agak sedikit beda… Nanti tak buatin artikel yang seolah-olah mengcounter artikel ini, tapi sebetulnya tidak…
SukaSuka
Kobayogas
1 Februari 2015 at 10:59 am
Ditunggu yah om… Hehe
http://kobayogas.com/2015/02/01/akan-kah-honda-terpancing-membuat-tandingan-yamaha-nmax/
SukaSuka
mansarpost
2 Februari 2015 at 10:31 am
InsyaAllah om… 😀
SukaSuka
fifauzi
1 Februari 2015 at 12:19 am
saya sampe sekarang bingung, kenapa dulu AHM patok harga PCX&CBR CBU yg muahalll, akhirnya di masa yg akan datang (sekarang ini) malah enak banget dimanfaatin sama YIMM..
strategi perusahaan gede kadang susah diterka
SukaSuka
Kobayogas
1 Februari 2015 at 12:24 am
Hmmmm… Tanyain hal yang sama dengan IU coba bro…
SukaSuka
mansarpost
1 Februari 2015 at 6:40 am
Flagship kang,, strategi positioningnya beda, ntar kita bahas lagi di artikel lain… 😀
SukaSuka
fifauzi
1 Februari 2015 at 6:47 am
setuju kang, coba dibahas..
pertanyaan saya kenapa flagship diset terlalu mahal? akibatnya kan sekarang di-skakmat pake flagship lokal YIMM.. apa AHM ga mikir sampe kesitu atau terlalu anggap remeh kali ya? hehe..
SukaSuka
mansarpost
1 Februari 2015 at 6:50 am
Iyaaap,, memang selalu dipertanyakan ini kang… Tapi dulu banget hal ini sedikit udah pernah dibahas blog-blog papan atas juga kang, tapi gpp, nanti kita ulas lebih dalam…
SukaSuka
Datuk Toman
1 Februari 2015 at 6:51 am
Nyimak….
https://simpangwaru.wordpress.com/2015/02/01/modifikasi-velg-cast-wheel-bermotif-natural/
SukaSuka
mansarpost
1 Februari 2015 at 6:54 am
Siap kang… 😀
SukaSuka
Ghifar alif utama
16 Desember 2015 at 4:29 pm
halo bang saya mau tanya saya bingung mau beli motor lebih baik milih pcx atau nmax abs ya? Mohon pencerahan nya ya
SukaSuka
mansarPost
19 Desember 2015 at 4:03 pm
Sori baru sempet bales kang..
Terkait pilihan ini, jawabannya sangat subjektif..
Kalo saya pribadi pilih NMAX, dengan catatan kalo dua2 pilihannya sama2 baru..
Tapi kalo misalnya ada PCX second harga miring (lebih murah dari NMAX), ane pilihnya PCX.. Alasannya karena mesinnya berbagi basis sama Vario, jadi ketesediaan spare part lumayan banyak sekalipun dibawa ke bengkel umum..
Sekali lagi ini cuma pendapat pribadi saya..
SukaSuka